­

4th week in Townsville, Queensland, Australia.

11:57

Sebelumnya, saya lagi nulis tentang perjalanan ke Russia ya?

Nanti (mungkin) diterusin lagi ya. Karena seperti biasa, badai ketidakkonsistenan melanda hari-hari saya waktu itu. Dan beberapa masalah dengan sinnyal internet di apartemen waktu itu, sialnya sering kena blank spot, padahal di Kelapa Gading loh.

Anyway, jadi sejak tanggal 8 September lalu saya melangkahkan kaki di benua baru yang belum pernah dikunjungi (oleh saya tentunya): AUSTRALIA.
Setelah 50 juta tahun mengumandangkan lagu Australia milik Manic Street Preachers, akhirnya kesampaian juga mengunjungi benua ini.


Bandara Internasional Townsville

Tepatnya di Townsville, sebuah kota kecil dengan sekitar 200.000 penduduk saja, yang tersebar luas di daerah suburb-nya, di Queensland State. Ibukota state ini adalah Brisbane, tapi saya belum sempat ke sana selain cuma buat transit.

Gak ada flight langsung Jakarta-Townsville tentunya, makanya kemarin pas berangkat kena transit 2 kali. Fiuhhhh banget kan ya, kami transit di Singapore dan Brisbane. Apa yang bikin fiuh? Di Brisbane, kita harus pindah terminal dari internasional ke domestik, yang mana kami harus keluar imigrasi, ambil bagasi, dan masukin lagi bagasi ke pesawat selanjutnya. So, one tip: make sure you have enough transfer time!

Meskipun imigrasi di Brisbane kemasuk sepi sih, klo dibandingin sama Jakarta, Singapore, apalagi Bangkok (ya iyalah). But I don't know for Sydney and Melbourne ya. Customs di Brisbane juga gak seketat di Sydney (katanya), beberapa bahan makanan instan yang dibawa dari Indonesia cuma diperlihatkan saja, asal ada labelnya gak masalah sih kayaknya. Yang penting diendus dulu sambil baris sama anjing petugasnya. Pengalaman yang lumayan sih buat yang biasanya melenggang lewat
gate nothing to declare.

So, after a 2 hours-ish flight from Brisbane, we arrived in Townsville. Bandaranya kecil, kalau dari area kedatangannya, mengingatkan saya dengan bandara di Lampung atau Pontianak (yang baru). Akses dari bandara bisa pakai taksi, Uber, atau shuttle bus yang bisa anter sampai ke beberapa hotel di pusat kota.

Townsville Minggu Malam sekitar jam 19.00
Sebagai orang yangbaru pertama kali ke Australia dan langsung digebok dengan 'kabupaten'-nya Australia, kirain negara ini tampilannya bakalan mirip sama kota-kota di Inggris karena persemakmuran, eh ternyata nggak. Kota ini sangat mengutamakan kendaraan pribadi untuk kemana-mana (baca: mobil, bukan motor). Ada bus sebagai transportasi umum, tapi kurang reliable klo butuh cepat. Mungkin karena penumpangnya juga gak banyak, jadi armadanya sedikit dan nunggu sekitar 15-20 menit di halte. Tarifnya juga diitung berdasarkan jarak, atau zonasi kota, klo gak salah ada 6 zonasi, bisa dicek di sini, kurang lebih harganya 2-4.5 AUD sekali naik untuk tarif dewasa. Dan satu lagi, hanya melayani tiket kertas!
But this town has beautiful sunset every day so I'm not complaining


Selama 4 minggu di sini, kita sudah mengunjungi banyak tempat di Townsville, hampir semuanya, minus wahana yang harus masuk pakai tiket ya, kayak museum atau aquarium.
1. Mt. Stewart
2. Castle Hill
3. The Strand
4. Rock Pool / Jezzine Barracks area
5. CBD area

Magnetic Island aja belum. Niatnya sih sampai ke Billabong Sanctuary dan Cairns, tapi kemalasan melanda tiap weekend. Masalahnya, kita mesti rental mobil buat kemana-mana dan itu agak ribet ye (nggak sih, saya aja yang lebih suka jalan-jalan lihat kota daripada asruk-asrukan ke luar kota). Masih nunggu janjian sama anak-anak yang barengan satu apartemen nih. Semoga bulan ini bisa tercapai buat ke Cairns dan ke Magnetic Island!

One of the view at The Strand, will show you more later.
That one big hotel looks like a sugar shaker.
Bangunan tua peninggalan Inggris, mengingatkan sama bangunan-bangunan di SG gak sih?
Okay, so I will update what else we have here ini our little Townsville. Can't wait to show you more about 'Straya'!

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Translate